Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) Probolinggo, sebut pemerintah kecolongan menangani praktik percaloan Tenaga Kerja Indonesia/Tenaga Kerja Wanita (TKI/TKW). Pasalnya, Praktik calo ini, sudah berlangsung tiap waktu, sejak puluhan tahun lalu.
Kasus Asiyah, warga Desa Tulupari, Kecamatan Tiris, Kabupaten Probolinggo, yang mengalami penyekapan di Bahrain, tak luput dari pantauan SMBI. Asiyah diketahui berangkat secara ilegal setelah terbuai rayuan calo. Ternyata kasus itu bukan yang pertama kali menimpa TKW asal Probolinggo.
“Dari catatan kami, kasus ini bukan yang pertama, tapi sudah berulang-ulang dan selalu menimpa pada mereka yang berangkat secara ilegal melalui calo,” ujar aktivis SBMI Probolinggo, Badrut Tamam, kepada wartabromo.com Sabtu (2/12/2017).
Badrut mengungkapkan, banyaknya calo TKI/TKW yang beroperasi di desa disebabkan oleh besarnya fee yang didapat. Untuk satu tenaga kerja yang didapat, calo ini minimal mendapat fee sebesar Rp. 1,5 juta. Mereka menawarkan segala kemudahan dibanding melalui jalur resmi yang berbelit-belit.
“Ada yang memodali. Dapat satu orang saja, fee-nya cukup lumayan,” terangnya.
Menurut pria asal Banyuanyar ini, yang menjadi sasaran empuk para calo adalah daerah pegunungan seperti Kecamatan Tiris, Krucil, Pakunirandan Gading. Juga daerah dengan kantong kemiskinan tinggi, seperti Kecamatan Banyuanyar, Tegal Siwalan dan Maron.
Rata-rata yang menjadi incaran adalah wanita yang gagal membina rumah tangga. Saat menjanda, mereka terbebani untuk menanggung hidup diri sendiri dan anaknya. Sementara mereka tidak punya skill memadai untuk menopang kehidupan.
“Para calo sudah punya sasaran empuk. Praktik ini sudah lama. Kalau tidak ke Timur Tengah ya ke Malaysia. Dan pemerintah seringkali kecolongan,” ungkap Badrut.
Badrut mengatakan dengan kemudahan yang ditawarkan calo itu, jumlah real warga yang menjadi TKI/TKW di luar negeri bisa 100 kali lipat lebih banyak dari data Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans). Artinya, yang berangkat secara legal jauh lebih sedikit daripada yang legal.
Menurutnya, TKI/TKW ilegal rentan menghadapi masalah di luar negeri, karena di luar negeri itu berbeda dengan di Indonesia. Untuk menekan kasus tersebut, sosialiasi dari pemerintah perlu ditingkatkan. Terutama di kawasan pegunungan yang menjadi sasaran empuk para calo. “Tapi juga diimbangi dengan pelatihan-pelatihan, sehingga mereka menjadi tenaga kerjanya terampil,” tandas Badrut
Salam kenal dari saya pak agus sengajah mempublikasikan cerita ini disini, saya bukan sombong tapi saya semata" hanya ingin berbagi kepada anda yang lagi butuh pertolongan.. Saya duluh kerja di pabrik triplek malaysia selama 4 tahun gaji waktu itu 3,1 juta per bulannya namun itu tidak pernah cukup untuk kebutuhan keluarga saya karna setiap bulannya harus membayar hutang piutang orang tua di BANK, singkat cerita.. Alhamdulillah Sekarang hutang orang tua saya sudah lunas dan sekarang saya sudah punya usaha tokoh perlengkapan bayi berkat bantuan pak H.cahyono melalui pesugihan putih dana gaib senilai 1 miliar.. Dulunya saya takut untuk mengikuti pesugihan ini karna saya pikir ada tumbal ternyata tidak ada sama sekali dan jarak jauh pun bisa.. Singkat cerita dulunya saya cuma melihat komentar seseorang di internet tentang pak H.cahyono alhamdulillah ternyata bener" terbukti dan saya salah satu orang yg sudah membuktikannya sendiri.. Siapa tau ada teman yg lagi ada masalah baik keuangan ataupun hal" lainnya silahkan coba konsultasi dengan beliau call/sms di nomer:+6285213737273 anda baik beliau pasti ramah melayani anda.. Muda"han dengan adaNya pesan singkat saya ini bisa bermanfaat.
BalasPadamSalam nak rantau...